Pemrograman Mental State Belajar Baru

Setelah sebelumnya saya berbagi tentang Belajar cepat dan efektif dan Membangkitkan intuisi berpikir, kali ini saya ingin berbagi tentang memprogram ulang mental state belajar dengan pendekatan yang tepat.

Seberapa penting sih Mental state belajar itu? 

Sangat penting tentu saja, karena mental state belajar adalah motivation source atau sumber semangat belajar bagi seseorang. Jika seseorang terlanjur melakukan pendekatan yang salah terhadap pembentukan mental state belajarnya, maka akan menyebabkan kualitas belajar yang pula kurang bagus.

Pendekatan terhadap Mental State Belajar yang tepat

Terdapat 2 jenis pendekatan terhadap pembentukan atau pemrograman mental state learning/belajar, yakni: metode pendekatan "Pull" yang lebih kepada fokus terhadap pemberian imbalan dan hadiah atau bonus yang didapatkan sebagai hasil dari usaha belajar yang terjadi; dan metode pendekatan "Push" yang terfokus pada pemberian "punishment" atau hukuman, aturan, pembatasan, jika terjadi kegagalan terhadap usaha belajar.
Sebagai contoh:
Seorang Guru/Pendidik/Orang tua melakukan pendekatan "Pull" terhadap siswa/anaknya dengan memberikan tekanan berupa barangsiapa yang mampu berprestasi akan mendapatkan imbalan/bonus/hadiah sebagai penghargaan terhadap setiap usahanya dalam pembelajaran.

Hasilnya siswa dan anak akan lebih terpacu dan bersemangat dalam meningkatkan kualitas belajarnya dan merasa bebas dari tekanan.

Sementara seorang pengusaha yang menerapkan metode "Push" dengan tekanan berlebih pada punishment atau hukuman, dari hukuman ringan hingga pemecatan jika saja terdapat pegawai yang melakukan pekerjaan dengan tidak baik, hasilnya akan memberikan tekanan pada mental pegawainya, akibatnya produktivitas kerja pun jadi hancur karena semangat dan orientasi kerja menurun dan kehilangan arah.

Hubungannya terhadap mental state belajar

Kenyataannya saya seringkali menemukan seorang pelajar baik dalam tingkatan sekolah menengah hingga tingkatan universitas sekalipun, lebih menggunkan metode "push" dari pada metode pendekatan "pull" yang sebenarnya jauh lebih menguntungkan secara moril.

Seorang pelajar/mahasiswa dengan pendekatan "push" cenderung untuk melihat kegagalan dalam usaha belajarnya. Yang ada, mereka pun cenderung mendorong dirinya untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dengan penekanan pada: bahaya jika gagal, menghukum diri, mempersalahkan diri, merasa bodoh, merasa terkucilkan, merasa malu, dsb.

Sistem bawah sadar mereka akan membentuk sistem yang kental dengan nuansa belajar yang menyeramkan, menakutkan, penuh rasa malas, penuh ancaman, dimana kegelisahan dan kecemasan begitu tinggi. Konsekuenasinya, kehancuran dan kegagalan total dari sistem belajar. Mereka akan cenderung tergesa-gesa dalam usaha belajarnya. Semakin takut seseorang berbuat kesalahan, kecenderungannya adalah akan melihat banyak faktor dan banyak hal yang direkam sebagai kesalahan dan error.  Dengan kejadian tersebut, kenikmatan dan kenyamanan dalam belajar akan berkurang, daya serap dalam belajar saat tergesa-gesa pun akan melemah, sementara fokus dan konsentrasi hanya pada hasil akhir yang agagal, motivasi belajar menjadi musnah karena seluruh energi tercurah pada usaha belajar yang terpaksa. 

Cara memprogram mental state belajar yang berkualitas

Adapun cara untuk memprogram mental state belajar adalah dengan memberikan sentuhan pendekatan "Pull" yakni dengan mengubah fokus dari "punishment"  atau hukuman dan lebih kepada imbalan, bonus, belajar menguasai hal dan subjek baru, pengalaman baru, kenikmatan dan kenyamana dalam belajar, dst. Hal menyenangkan yang dapat membentuk semangat dalam belajar  pun akan menumbuhkan minat belajar yang tinggi, penghargaan terhadap usaha yang telah dilakukan, dan peningkatan kepercayaan diri. Dan hal ini pun berlaku bagi para Guru dan Ibu rumah tangga yang mendidik dan memberikan pengajaran.

Berikut saya sampaikan beberapa poin program penguatan mental state belajar yang efektif melalui sentuhan "Pull":
1. Berikan bonus/imbalan/hadiah, sebagai penghargaan terhadap usaha belajar baik kepada diri sendiri atau kepada anak/siswa. Hadiah atau imbalan tersebut lebih kepada sesuatu yang tidak dapat dibeli dan mudah didapat /dinikmati pada waktu biasa.
2. Berikan penguatan pada saat rasa takut dan cemas muncul. Semakin besar rasa takut dan cemas, maka semakin besar pula imbalan yang akan diterima dari hasil usaha belajar, misalkan: kelegaan, kenyamanan, kepuasan batin, dsb. Sugesti dapat berupa kata-kata yang bentuknya adalah pelegaan dan motivatif.
3. Selalu berikan motivasi berupa visualisasi atau penggambaran bahwa anda/anak/siswa sedang menikmati hasil dari usaha belajar yang telah dijalankan. Misal: betapa leganya jika sudah bertemu dengan dosen, jika sudah mengerjakan pekerjaan rumah, atau betapa tenangnya dan senangnya setelah selesai ujian, dsb. Gambarkan sejelas mungkin dan gunakan relaksasi sebagai cara agar gambaran tersebut mampu terekam dengan baik oleh sub-conscious mind atau pikiran bawah sadar.
4. Lakukan 3 langkah diatas sesering mungkin apalagi pada saat menghadapi peluang belajar dan lakukan variasi sehingga tidak menimbulkan efek jenuh.
5. Pada waktu tertentu, pada saat semangat hilang, ketakutan dan kecemasan muncul, lakukanlah rileksasi pikiran, jika perlu bermainlah untuk menenangkan pikiran, dan berkumpullah dengan orang-orang yang mampu berbagi semangat, perhatikan dan dengarkan bagaimana mereka berusaha dan mengusahakan yang terbaik dalam upaya dan usaha belajar mereka.
6. Tepati janji anda dalam pemberian imbalan.

Nah saya kira ini yang dapat saya sampaikan mengenai cara pembentukan atau pemrograman mental state learning /belajar yang efektif untuk hasil belajar yang berkualitas pula. Semoga menjadi artikel yang bermanfaat bagi anda.

Selamat mencoba dan salam sukses.

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih. BY Mixland Blog.